Senin, 01 Juli 2013

MENSIKAPI HASIL UJIAN NASIONAL DENGAN BIJAK



Oleh : Muhamad heri wibowo,S.T.

Hajatan tahunan di dunia pendidikan yaitu Ujian Nasional baru saja berakhir. Berbagai upaya dilakukan untuk mensikapinya mulai dari persiapan maupun saat pelaksaan dilakukan baik oleh pemerintah, satuan pendidikan, siswa maupun kita sebagai seorang guru. Hasil ujian nasionalpun telah diterbitkan oleh pemerintah dengan hasil yang berbeda baik dari masing-masing satuan pendidikan maupun masing-masing peserta didik. Namun bukan berarti bahwa upaya ataupun usaha telah berhenti sampai di sini. Kalau sebelum dan saat pelaksanaan saja kita upayakan sekuat tenaga maka pasca Ujian Nasional pun juga harus kita lakukan beberapa upaya untuk mensikapinya. Kamudian apa sikap yang harus diambil setelah kita semua mendapat hasil dari ujian nasional.
Sikap pertama yang harus ditempuh adalah instropeksi . Intropeksi atau koreksi diri mutlak dilakukan oleh semua pihak yang terkait dengan hasil ujian nasional terutama kita sebagai seorang guru. Sebuah petuah bijak mengatakan “ seburuk buruk orang adalah orang yang gagal tetapi dia tidak tahu kenapa dia gagal, tapi lebih buruk lagi adalah orang yang berhasil tetapi dia tidak tahu kenapa dia berhasil” , hal ini berarti bahwa apapun hasil dari ujian nasional, intropeksi diri haruslah dilakukan meskipun hasil yang didapat oleh peserta didik kita sudah memuaskan atau terlebih jika hasil ujian nasional peserta didik kita belum sesuai harapan kita. Dengan intropeksi, kalupun hasilnya sudah baik maka kita berharap  kedepan bisa lebih baik lagi atau minimal bisa mempertahankan, sebaliknya jika hasil ujian nasional belum memuaskan dengan instropeksi, kita berharap kedepan hasilnya bisa lebih baik jangan sampai lebih terpuruk dari hasil tahun ini.Kemudian apa yang harus kita intropeksi? Ya semua tahapan pembelajaran mulai dari perencaan, pelaksaan, sampai pada tahapan penilaian, sudahkan kita lakukan secara profesional dan proporsional?, bagaimana kita menyusun silabus, RPP, intrumen penilaian, sampai bagaimana kita melakukan pembelajaran sudahkan kita lakukan dengan baik, sudahkan kita lakukan pendekatan yang baik kepada anak sehingga kita mengenal betul karakteristik anak didik kita.dan masih banyak lagi upaya intropeksi yang harus kita lakukan terkait dengan proses pembelajaran yang sudah kita lakukan selama ini.
Sikap yang kedua adalah recovery ( pemulihan), sebelum panjang lebar saya bahas maksud dari kata ini, akan saya utarakan dua buah sikap yang menurut saya kurang tepat dilakukan oleh kita seorang guru, yang pertama kita malas untuk belajar maupun malas untuk mengajar dengan alasan bahwa hasil ujian nasional peserta didik kita sudah memuaskan. Dengan berkata “untuk apa saya belajar susah susah atau saya mengajar susah susah toh tanpa saya ajar tinggal saya beri tugas, anak-anak sudah bisa belajar mandiri dan hasilnya juga memuaskan”. Yang kedua adalah kita malas untuk belajar atau mengajar ketika hasil ujian nasional anak didik kita tidak seuai harapan kita nglokro (dalam bahasa jawa), dengan berkata “ saya sudah capek berusaha sekuat tenaga, sudah berusahan kesana kemari toh anak-anak tidak ada minat untuk mendapatkan hasil yang baik, tidak ada gunanyalah saya belajar kemana-mana dan tidak ada gunanyalah saya susah payah mengajar. Atau lebih parah lagi jika kita berpendapat bahwa “kenapa saya harus susah payah mengajar toh anak didik pasti lulus dengan nilai bisa kita buat sendiri”.Dari dua sikap tadi saya mengajak khususnya pada diri sendiri dan umumnya pada teman-teman sesama guru mari kita lakukan recovery (pemuliahan), kemudia apa yang harus kita pulihkan? Yang harus kita pulihkan pertama kali adalah semangat kita untuk terus belajar dan terus mengajar, belajar dapat kita lakukan kapan saja di mana saja dan kepada siapa saja, yang kedua harus kita pulihkan adalah tujuan kita dalam mengajar, ingat bahwa ujian nasional bukanlah tujuan akhir dari pendidikan yang kita lakukan, tapi lebih dari itu pendidikan yang kita lakukan merupakan sebuah investasi dimana hasilnya mungkin baru bisa kita lihat lima, sepuluh atau bahkan mungkin ratusan tahun yang akan datang. Dengan demikian tidak ada alasan bagi kita untuk berhenti untuk belajr ataupun mengajar.
Sikap yang ketiga adalah action maksudnya, setelah kita intropeksi, kita koreksi diri, kita tahu kelemahan dan kekurangan kita, kemudian semangat dan tujuan dalam diri sudah kita pulihkan, maka selanjutnya harus kita lakukan upaya perbaikan dan upaya pembenahan diri, mulai kapan?mulai saat ini, mulai hari ini, mulai tahun ini, menskipun dari hal-hal yang kecil sekalipun laukan perbaikan.
Demikian postingan dari saya semoga bermanfaat khususnya bagi diri saya sendiri dan umumnya bagi rekan-rekan guru, dan tidak lupa saran, kritik dan komentar dari berbagai pihak sangat saya harapkan.

0 komentar:

Posting Komentar