Minggu, 31 Maret 2013

Pemanfaan MsWord Dalam Pengembangan Pembalajaran (Sesi 1)



PEMNAFAAT COREL DRAW 12 DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN

Senin, 25 Maret 2013

ROLLING GURU


ROLLING GURU

Beberapa waktu yang lalu penulis terlibat perbincangan dengan beberapa guru seputar hitam putih pendidikan, utamanya menyangkut mutu pendidikan yang dikaitkan dengan hasil lulusan ujian nasional (UN). Ada yang berpendapat bahwa sekolah yang bermutu adalah jika siswanya banyak yang lulus bahkan sampai seratus persen. Ada juga yang berpendapat apabila banyak siswa yang mendapat nilai delapan, sembilan dan sepuluh. Sementara sekolah yang tak bermutu adalah jika banyak siswa yang tidak lulus dalam ujian nasional. Masyarakat luas pun juga memperkuat pernyataan itu.
Terlepas dari benar atau tidaknya sekelumit pendapat tentang mutu sekolah tersebut sebenarnya terbersit sebuah pertanyaan sekaligus acungan jempol kepada para guru di sekolah yang dapat meluluskan banyak siswanya. Sementara sekolah yang setiap kali Ujian Nasional selalu gemetar akibat tahu siswanya akan banyak yang “nggandul” dan terpaksa mengikuti ujian ulangan.
Namun tidak berhenti sampai di sini. Haruskah sekolah yang siswanya banyak yang tidak lulus artinya melakukan proses pendidikan yang gagal ? Tidak ! Pengalaman penulis sebagai guru sekolah menengah di daerah pelosok cukuplah membuka mata bahwa proses pendidikan akan jauh lebih berat dan kompleks. Ketika melihat input siswa yang prestasinya di bawah rata-rata, tentu di awal saja sudah harus mengambil nafas dalam-dalam. Dalam hati hanya bisa mengatakan ” ini pekerjaan pendidikan yang sebenarnya ”.
            Bisa digambarkan, anak yang nilai inputnya hanya 2 dan 3 harus diproses sedemikian hingga hasilnya harus sama dengan anak yang inputnya 7 , 8, 9 bahkan 10. Namun ketika hasil akhir anak dari input 2 menjadi 6 akan tetap tersisihkan dengan anak dari input semula 7 menjadi 8, dari 8 menjadi tetap 8, atau dari 9 justru turun menjadi 8 bahkan 7. Pembaca bisa menganalisa sendiri, mana yang melakukan proses pendidikan yang sebenarnya.  Artinya apa ? Sekolah yang inputnya di bawah rata-rata biarpun mampu mengangkat prestasi dari 2 menjadi 6 (naik 4 digit) akan tetap tak berarti apabila penilaian itu hanya dilihat dari hasil ujian nasional saja. Bahkan akan tetap disebut sekolah kurang bermutu. Ini penilaian yang tidak adil.
Tanggungjawab bersama
Membicarakan mutu sekolah dilihat dari hasil ujian tentu mengundang pro dan kontra. Hal ini mengusik hati penulis dengan dasar bahwa pendidikan adalah tanggungjawab bersama. Timbul gagasan perlunya rolling guru-guru di wilayah satu sub rayon untuk memberikan kesempatan para guru yang biasa mengajar siswa dengan input tinggi untuk menghadapi siswa yang inputnya di bawah rata-rata, sebaliknya juga memberikan kesempatan para guru yang terbelenggu dengan materi sederhana akan tertantang dengan siswa yang pintar-pintar, sehingga harus belajar terus. Penulis yakin, hal ini akan mengundang banyak reaksi dari para guru, apalagi bagi yang sudah nyaman di sekolah dengan sebutan favorit dan selalu berprestasi. Tetapi justru inilah yang diharapkan. Apabila seorang guru berhasil berprestasi memajukan pendidikan karena profesional dalam mengajar maka diharapkan juga mampu memberikan perubahan dan stimulan di sekolah yang masih dikategorikan belum bermutu. Apabila hal ini bisa terjadi maka tak ada istilah lagi sekolah bermutu dan tidak bermutu karena semua elemen terlibat di dalamnya. Sekali lagi bahwa pendidikan adalah tanggungjwab bersama.
Memang hal yang sudah terjadi adalah adanya pergantian kepala sekolah, akan tetapi sepertinya pergantian kepala sekolah adalah masalah karier yang bersangkutan. Ada pendapat bahwa sekolah di pelosok adalah tempat uji coba kepala sekolah baru. Tentu hal ini akan menyakitkan bagi para guru dan para siswa di sekolah tersebut.
Jadi yang perlu juga dirolling bukan hanya kepala sekolah tetapi juga guru-gurunya dengan tujuan pemerataan kualitas guru dan menguji keprofesinalannya. Sehingga guru di pelosok tidak selamannya di pelosok, juga yang biasa di perkotaan sekali-kali juga merasakan suka duka mengajar di sekolah pelosok. Tentu saja gagasan rolling guru tidak akan terjadi tanpa peran kunci dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga yang akan mengambil kebijakan. Hasil yang ingin dicapai adalah para guru memiliki komitmen akan kebersamaan untuk selalu belajar dan mengembangkan diri sehingga semua sekolah akan maju dan kualitas pendidikan akan meningkat. Semoga.

 Y Kristi Hartono ,S.Pd
Pemerhati masalah sosial dan pendidikan,
Guru Matematika di SMP Negeri 2 Dukun
Email : hartono.kris@yahoo.com